Kemiringan Pantai

Pantai merupakan pertemuan antara daratan dan lautan. Pengukuran kemiringan pantai dilakukan untuk mengetahui jenis pantai dan penyebab terbentuknya pantai. Hasil pengukuran dapat digunakan sebagai pedoman pelestarian dan pemanfaatan pantai selanjutnya. Kemiringan pantai diukur berdasarkan jarak antara vegetasi yang mewakili batas daratan hingga bibir pantai sebagai batas lautan. Pengukuran dilakukan terhadap tiga vegetasi berbeda yang terdekat dengan bibir pantai. Data hasil pengukuran kemiringan pantai disajikan pada Gambar berikut.

 

 

 

 

Ulangan data kemiringan pantai berdasarkan Gambar di atas masing-masing memiliki jumlah yang berbeda mewakili jumlah pengukuran yang dilakukan pada tiap vegetasi yang berbeda pula. Nilai X merupakan panjang alat pengukur  (balok berukuran 100 cm), sedangkan nilai Y diperoleh dari hasil pengukuran jarak antara permukaan pantai dengan alat waterpass yang diposisikan tegak lurus terhadap sumbu X. Tiap ulangan yang berbeda diperoleh nilai X dan Y yang berbeda pula. Nilai α merupakan hasil akhir kemiringan pantai yang diperoleh dari perhitungan X dan Y dengan rumus:   

Menurut Saribun (2007), kemiringan dapat dinyatakan dalam derajat maupun persen. Dua titik yang berjarak horizontal 100 m yang mempunyai selisih tinggi 10 m membentuk kemiringan 10%. Kecuraman sebesar 100% sama dengan kecuraman 45o. Maka, perhitungan persen kemiringan pantai dilakukan dengan

Hasil pengukuran pada Gambar 23, 24, dan 25 menunjukan perbedaan kemiringan namun tidak terlalu signifikan. Pengukuran kemiringan pantai berdasarkan vegetasi 1, 2 dan 3 berturut-turut dilakukan sebanyak 16, 9 dan 10 kali ulangan. Berdasarkan Gambar 23 hasil kemiringan terbesar diperoleh  pada ulangan ke-8 (α=4.858), sedangkan kemiringan terkecil pada ulangan 4 dan 5 (α=0). Gambar 24 menunjukan hasil kemiringan terbesar pada ulangan ke-4 (α=6.729), sedangkan kemiringan terkecil pada ulangan ke-2 (α=0). Gambar 25 menunjukan hasil kemiringan terbesar pada ulangan ke-5 (α=6.051), sedangkan kemiringan terkecil pada ulangan ke-1 (α=3.833). Rata-rata kemiringan (α) dari data Gambar 23, 24, dan 25 berturut-turut sebesar 2.756º (4.819%), 4.282º (7.500%) dan 5.079º (8.890%). Data kemiringan pantai dalam bentuk tabel dapat dilihat sebagai berikut.

Data kemiringan pantai vegetasi 1

Ulangan X(cm) Y(cm) α(o)
1 100 4.3 2.462
2 100 2.2 1.260
3 100 1.2 0.688
4 100 0 0
5 100 0 0
6 100 8.1 4.631
7 100 12.1 6.899
8 100 8.5 4.858
9 100 7.2 4.118
10 100 5 2.862
11 100 6.5 3.719
12 100 3.7 2.119
13 100 4.5 2.577
14 100 3.3 1.890
15 100 6 3.434
16 100 4.5 2.577

Data kemiringan pantai vegetasi 2

Ulangan X(cm) Y(cm) α(o)
1 100 2.6 1.489
2 100 0 0
3 100 4 2.291
4 100 11.8 6.729
5 100 11.5 6.560
6 100 10.5 5.994
7 100 11.7 6.673
8 100 7.9 4.517
9 100 7.5 4.289

Data kemiringan pantai vegetasi 3

Ulangan X(cm) Y(cm) α(o)
1 100 6.7 3.833
2 100 8.2 4.688
3 100 10.2 5.824
4 100 9.7 5.540
5 100 10.6 6.051
6 100 9.5 5.427
7 100 10 5.710
8 100 7.4 4.232
9 100 7.9 4.517
10 100 8.7 4.972

 

Wilayah Kabupaten Sukabumi secara astronomis berada pada posisi 6o57’ LS dan 106o49’-107o00’ BT, dengan batas-batas wilayah secara administratif di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor, Samudera Hindia di sebelah selatan, Kabupaten Cianjur di sebelah timur, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia. Pantai Palabuhanratu membentuk morfologi teluk yang diapit gawir. Batimetri bagian utara (wilayah Cisolok dan Cikakak) dan bagian selatan (Wilayah Simpenan dan Ciemas) relatif lebih terjal dibandingkan bagian timur (Desa Cidadap) karena daratan pantai pada bagian timur tersebut dekat muara sungai Cimandiri sehingga banyak terendapkan material sungai yang terdiri atas pasir lanauan dan pasir lempungan sehingga pantainya lebih dangkal. Teluk Palabuhanratu merupakan merupakan salah satu potensi wilayah pesisir dan laut yang dimiliki kabupaten ini. Tipe pantai di wilayah pesisir Kabupaten Sukabumi yang meliputi Pantai Karang Buleud di sebelah timur hingga Muara Cibareno di sebelah barat umumnya adalah pantai karang, berbatu dan berpasir dengan panjang pantai 130,860 km (Wahyudin 2004).

Pantai berpasir merupakan jenis pantai yang mendominasi pesisir pantai Sukabumi yakni mencapai 58% dari total panjang pantai. Pantai jenis ini tersusun oleh sedimen berukuran pasir halus sampai sangat kasar, berwarna putih keabuan dan abu-abu kehitaman sampai hitam dan bentuk butir pasir beragam seperti menyudut hingga membundar tanggung. Garis pantai umumnya lurus, paras muka pantai sempit berkisar 5-15 m dengan kemiringan 5o-10o, kecuali di daerah Ciwaru. Jenis pantai lainnya yang terdapat di Sukabumi ialah pantai bertebing (47.16%) dan pantai berterumbu karang. Pantai bertebing tersusun oleh jenis batuan masif (batuan beku) yang membentuk lereng terjal memanjang hingga ke ujung tanjung atau pojok teluk tempat pemukiman penduduk. Ketinggian tebing hampir 30% lebih dari 10 m, kecuali di daerah Cisolok, Simpenan dan Ciemas yang memiliki ketinggian tebing lebih dari 20 m. Pantai berterumbu karang ditemukan di wilayah Ciemas dan Ujung Genteng dengan luas sebaran 1305 ha yang relatif masih baik. Jenis terumbu karang umumnya karang tepi (fringing reef) dan karang penghalang (barrier reef) yang dapat berfungsi sebagai pemecah gelombang (break water) dan tempat perlindungan (shelter) biota laut (Oktariadi 2009).

Gambar tabel menunjukan kemiringan pantai yang beragam. Rata-rata kemiringan (α) dari Gambar tabel vegetasi 1,2 dan 3 berturut-turut sebesar 2.756º (4.819%), 4.282º (7.500%) dan 5.079º (8.890%). Hasil tersebut menunjukan pantai Palabuhanratu merupakan jenis pantai yang landai. Penelitian Satriadi et al. (2003) menunjukan kemiringan 3-8% merupakan kondisi pantai yang landai, sedangkan kemiringan 8-16% merupakan kondisi pantai yang miring. Kemiringan pantai dapat disebabkan oleh morfologi daratan dan pengaruh pembentukan pantai oleh gelombang.

Daftar Pustaka

Oktariadi O. 2009. Peran kapasitas bentang alam dalam upaya kesiapsiagaan menghadapi bencana tsunami wilayah pesisir Sukabumi, Jawa Barat. Buletin Geologi Tata Lingkungan.19(1): 39-49.

Saribun DS. 2007. Pengaruh jenis penggunaan lahan dan kelas kemiringan lereng terhadap bobot isi, porositas total, dan kadar air tanah pada sub-DAS Cikapundung Hulu. [skripsi]. Bandung: Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran.

Wahyudin Y. 2004. Karakteristik sumberdaya pesisir dan laut kawasan teluk Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi. [skripsi]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.